banner 728x250
BUDAYA  

Kraton Pasarean Selamiring Mbah Uyut Kranggan Saksi Bisu Perjuangan Prajurit Mataram di Batavia

"Dari istilah skala kemiringan, kemudian tempat itu familiar dikenal dengan nama Kalamiring," kata Anim Imamuddin kepada detikviral.com baru-baru ini dikediamannya.

banner 120x600
banner 468x60

Bekasi, detikviral – Pasarean Kalamiring atau yang sekarang dikenal dengan nama Kraton Pasarean Selamiring Mbah Uyut Kranggan menjadi saksi bisu perjuangan para ksatria ataupun prajurit Kesultanan Mataram dalam pertempuran melawan VOC di Batavia pada sekitar abad ke-16.

Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Sunda Kelapa terjadi pada tahun 1628 dan 1629. Dalam pertempuran itu pasukan Kesultanan Mataram mengalami kekalahan.

banner 325x300

Bahkan, seluruh gudang logistik dan perbekalan makanan milik prajurit Mataram yang ada dikawasan Pantura termasuk yang ada di Kranggan ini juga diluluhlantakan oleh VOC.

Perlawanan tersebut disebabkan karena Sultan Agung menyadari bahwa kehadiran VOC di Batavia dapat membahayakan hegemoni kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa.

Dari kisah pertempuran ini terdapat cerita menarik yang sayang jika kita lewatkan. Yakni, konon katanya, sebagian utusan Sultan Agung Mataram bersama prajurit-prajuritnya yang gagah berani sempat singgah dan berkumpul di Kalamiring.

Tokoh adat Kranggan Lembur, Anim Imamuddin, SE, MM saat di wawancarai detikviral.com perihal pasarean tersebut menyatakan bahwa, ditempat itu dahulu mereka (prajurit Mataram) mengatur strategi perang termasuk mengukur skala kemiringan untuk menyerang Batavia.

“Dari istilah skala kemiringan, kemudian tempat itu familiar dikenal dengan nama Kalamiring,” kata Anim Imamuddin kepada detikviral.com baru-baru ini dikediamannya.

Kendati sejak dulu tempat itu bernama Kalamiring, lanjut Anim, namun seiring berjalannya waktu sekarang ini muncul versi yang berbeda pada penyebutan nama Kalamiring menjadi Selamiring.

“Kalaupun ada penyebutan Selamiring barangkali mengambil cerita tentang leluhur kami yang dahulu datang ke tempat itu naik kuda kemudian selanya miring,” ujar Anim.

Namun demikian, dia tidak mempersoalkan perbedaan nama itu yang terpenting adalah sama-sama menjaga dan merawat tempat bersejarah terlebih lagi sudah menjadi salah satu situs cagar budaya kampung Kranggan.

“Kalau saya lebih kepada bagaimana cerita ini harus dikaitkan dengan sejarah jaman dulu. Sehingga disini disebut Kranggan, ‘Krang’ itu tempat dan ‘gan’ itu juragan,” cetusnya.

Berdasarkan pantauan langsung Jurnal Kranggan dari lokasi Kalamiring. Ditempat itu terdapat beberapa makam yang diyakini masyarakat setempat sebagai makam tertua dari semua makam yang dikramatkan di Kranggan.

Senopati Rengga Tinggal Menetap di Kranggan Hingga Akhir Hayatnya

Menurut yang dikisahkan warga, makam yang tertua itu adalah makam Mbah Uyut Kranggan. Salah satu senopati dari Kesultanan Mataram yang mengasingkan diri di Kranggan setelah gagal menaklukan VOC di Batavia.

Senopati lainnya yang juga menetap di Kranggan hingga akhir hayatnya tidak pernah kembali ke Mataram adalah Pangeran Rengga, makamnya berada di komplek pemakaman Gandaria Kelurahan Jatirangga.

Namun demikian, sosok Mbah Uyut Kranggan sampai sekarang masih terbalut misteri hanya berdasarkan cerita rakyat yang dikisahkan dari mulut ke mulut saja.

Bahkan ada juga orang yang beranggapan bahwa makam tersebut tidak berisikan jasad manusia seperti makam pada umumnya. Yang dikuburkan pada makam itu adalah sela kuda.

Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa makam itu berisikan batu yang dipendam dengan posisi miring.

Selain makam Mbah Uyut Kranggan, dilokasi ini juga terdapat makam yang batu nisannya tertuliskan Mbah Kuwu. Entah Mbah Kuwu siapa dan dari mana asalnya juga tidak ada yang mengetahui secara pasti.

Entah cerita mana yang bisa diyakini kebenarannya, karena para orangtua di Kranggan juga tidak ada yang bisa memastikannya karena makam itu sudah ada sejak jaman dahulu.

Sekedar diketahui, makam Mbah Uyut Kranggan ini berada dilahan 1000 meter dengan 3 bangunan utama. Lokasinya berada di Jalan Raya Pasar Kranggan, Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi.

Pada bagian depan pintu masuk makam terdapat gapura tinggi menjulang bertuliskan Kraton Pasarean Selamiring Mbah Uyut Kranggan.

Dipojok belakang makam ini terdapat sebuah sumur tua yang oleh Pemerintah Kota Bekasi dicatat sebagai objek diduga cagar budaya.

Pada hari-hari tertentu pasarean ini ramai dikunjungi para peziarah. Bahkan, warga kampung adat Kranggan setiap tahun di pasarean ini mengadakan upacara sedekah bumi.* (Btr)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *